Sabtu, 26 Maret 2016

Mana yang lebih ganteng?




Alkisah, Bu Kancil sedang menonton drama Korea di laptopnya dengan anak 5 tahunnya yang bernama Elcil. Iseng, Bu Kancil tiba-tiba mem-pause video dan membuka file poster serial drama Korea yang sedang ditonton dan bertanya ke anaknya,



“Mana yang lebih ganteng, El? Om ini, atau om yang itu?”
“Om yang itu,” ujar Elcil menunjuk pemeran utama pria yang duduknya di tengah.
“Kenapa nggak yang ini?” Bu Kancil nunjuk salah satu pemeran utama pria yang lain, mancing.
“Soalnya om yang itu kan mukanya lucu..” Jawab Elcil.

Sesi nonton pun berlanjut, dan waktu salah satu pemeran pria (bukan pilihan El) muncul lagi, Bu Kancil iseng nanya,
“Tuh liat El. Om yang ini kan ganteng. Tuh.. tuh” Bu Kancil mulai keukeuh dengan “pilihan”nya. Tetap sambil nunjuk-nunjuk muka si pemeran utama yang manly, well-craved itu. :p
“Iiih.. Bunda..tapi aku kan suka yang mukanya lucu…” Elcil mulai bete.

Sesi nonton Korea berlanjut lagi. Lalu, Bu Kancil melakukan percobaan berikutnya. Well, sebenarnya, dalam hati dia masih pengen anaknya berubah pikiran. Muncullah si pemeran utama pria yang bukan pilihan Elcil.
“Tuh..tuh liat El. Mukanya ganteng banget gitu kok. Lebih ganteng kan?” Bu Kancil lagi-lagi nunjuk.
“Bunda ntar aku tinggalin nonton Korea nya nih!” Elcil bete betulan. Mukanya ditekuk.
Bu Kancil pengen ketawa cekikikan. ‘Baiklaaaah. Selera kita beda yaaaaa’ demikian kesimpulan Bu Kancil. Dan voting ditutup. Laptop juga ikutan ditutup. :))

Wassalam.

Selasa, 22 Maret 2016

Tentang Ojek (bagian 2)




Bicara soal ojek lagi, rasanya nggak ada matinya karena gue udah menggunakan jenis transportasi ini dalam waktu yang sangat lama. Makanya perlu beberapa bagian untuk menceritakannya secara menyeluruh. Lo belum bosen dengerin kan ya? Haha!

So, masa ojek ketika mahasiswa terhenti sejak gue memutuskan untuk ngekos sejak tahun 2005 sampai 2008, dan lanjut tahun 2009-2010 semasa mulai kerja. Dulu, saking betahnya di kosan, kadang gue sampai nggak pulang 2 minggu lamanya. Padahal jarak Depok ke Bogor kan cuma selempar batu. Tsaaaahh! ;)) 


Tahun 2011, masuklah ke fase berikutnya ketika gue mulai memutuskan untuk kembali kerja di Jakarta, bolak-balik tanpa ngekos. The long-time story begins.. Ojek pangkalan si stasiun sekitar Bogor (ah, gausah disebutin jug ague yakin, lo tau. *lol) yang pertama gue jadikan langganan bernama Muis. Dia lumayan lama setia nganterin gue pulang kerja (yep, pulang doang ye. Kan dia ojek stasiun) selama beberapa bulan. Apa yang terjadi kemudian? Dia kemudian ngabur tanpa kabar. Mirip-mirip sama cerita legenda, gitu. Akhiran cerita si abang itu hanya gue denger setengah-setengah dari rekan ojek pangkalan yang mengenal dia. Ada yang bilang di kabur dari rentenir dan milih pindah rumah, lah, ada yang bilang dia berubah profesi lah. Au deh ah!

Singkat cerita, setelah Muis, kemudian gue sempet ketemu beberapa ojek pangkalan yang sedihnya nggak pernah tahan lama (karena mereka sering gak ada kabar. Ngilang begitu aja. Lalu, datanglah si Heri, ojek stasiun yang nggak banyak ngomong, bawa motornya enak, dan baik. Hampir setahun gue bareng ojek ini sampai dia nyerah terus-terusan ngojek dan lemparin urusan langganannya (baca: gue) ke kakaknya: Bambang. 

Bambang punya sejarah paling lama jadi ojek langganan gue. Masih segar ingatan gue waktu kejadian longsor di jalur kereta sekitar Cilebut-Bojong akhir tahun 2012, gue udah jadi langganan si Bambang. Bambang ini luar biasa loyalnya. Dia mau dan mampu nganter nggak Cuma manusia, tapi juga barang-barang (menurut cerita dia yang suka dititipin antar barang sama langganannya yang lain!), dan makanan! (kalo makanan mah gue, yes) Jadi, layanan Gojek yang pesan-pesan makanan tuh bisa jadi idenya niru si Bambang (#eh) haha! Sayang banget, sejak dia mulai kerja di salah satu pabrik di Jakarta, ni orang mulai susah dihubungin. Ada..aja alesannya. Gue maklum sih kalo doi mulai alesan “lembur”, jadi gak akan bisa nganter. Yang betein adalah ketika dia nggak ada tapi diem-diem aja. Akh, ini nih yang akhirnya bikin gue pelan-pelan naik pitam beneran. Jadi, gimana ya kira-kira nasib si Bambang?