Selasa, 18 Oktober 2016

Humanity in Weasley Family

Ada yang masih ingat gimana cerita Harry Potter dulu? Buat lo yang nggak termasuk potterhead (pecinta Harry Potter), mungkin agak mengernyit ya waktu disinggung ulang nama Weasley. Emang siapa sih Weasley?


So, Weasley adalah keluarga penyihir, terdiri dari ayah dan ibu (hya iyalah yaaa) dan 7 anak mereka. Salah satunya adalah Ronald Weasley alias Ron, rekan paling setia kawan Harry yang seandainya sampai nggak ada di cerita sih.. sorry to the mighty Harry Potter, nggak akan Harry punya cerita hidup yang semenarik cerita hidup dia yang kita tahu, baik dari film saja, dari buku saja, atau dari keduanya.

Kalau lo pembaca buku Harry Potter, pasti tau kalau Weasley adalah salah satu keluarga penyihir terakhir yang berdarah murni (atau istilahnya pure blood).  Dan, di tulisan ini, beberapa (hanya beberapa, walau aslinya mah banyak!) sisi "manusiawi" Weasley family yang membuat gue yakin menjadi topik menarik kali ini.

Pertama, Weasley family itu tipikal keluarga besar dengan anak banyak, layaknya keluarga jadul yang punya banyak "anggota" sehingga meriah suasana rumahnya. Kemeriahan itu terasa terutama karena rumah mereka juga biasa saja. Nggak besar tapi juga nggak kecil: cukup menampung semua anaknya yang unik-unik itu.

Kedua, sederhana. Keluarga berdarah murni lainnya yang dikenal di dunia sihir adalah Malfoy. Yah lo tau lah siapa tokoh paling dikenal di Malfoy family ini: Draco. Long-time Harry's foe. Bedanya, kalau Malfoy dikenal dengan kekuasaan dan harta mereka, Weasley sebaliknya: sangat sederhana dan apa adanya.

Ketiga, keluarga Weasley itu sangat lucu. Nggak cuma karena dua dari tujuh anak mereka (si kembar konyol) Fred dan George, tapi juga karena bapak mereka yang hilarious. Mr. Weasley adalah tipikal bapak-bapak pegawai pemerintahan yang agak polos karena dunianya emang muter-muter di situ doang. Rumah - kantor - rumah - kantor. Yah..karena dia di departemen yang berhubungan dengan Muggles (manusia non penyihir -red), kadang-kadang juga ditugaskan menyelesaikan persoalan ini-itu jadi traveling juga ke tempat muggles nya. Yang bikin lucu adalah, karena sering berhubungan dengan Muggles, pak Weasley ini suka agak terobsesi dengan dunia muggles, termasuk barang-barangnya. Gue sampe ingat salah satu kalimat konyolnya ke Harry ini (karena Harry kan seluruh anggota keluarga Bibi nya termasuk Muggles): "Harry, apa sih sebenarnya fungsi Bebek Karet?" :D :D :D

Keempat, Mrs. Weasley yang benar-benar konvensional, alias tipikal ibu-ibu rempong. Dia selalu ngabsen anak-anaknya satu-satu kalo mau makan, suka berhemat, tapi juga murah hati dan sangat hangat ke teman-teman anaknya yang sudah akrab. Bu Weasley ini sayang banget dengan Harry, seperti ke anaknya sendiri. Kenapa ketauan sayang? Karena kalo meluk teh meuni eraaat kayak yang kangen banget ke anaknya sendiri. Terus, kalau lagi senang dia memuji, tapi kalo lagi rempong dan Harry menurut dia nggak melakukan hal yang semestinya, dia ikut ngomel. Reminds you of your Mom, huh?

Kelima, you should see how "rainbow" their children are. Bukan rainbow LGBT yah, tapi karakter ketujuh2nya itu sangat berwarna-warni. Ada yang punya passion ke naga, jadi seumur-umurnya ya meneliti, merawat, dan jadi pawang naga sedunia (sampe gak nikah-nikah beroooh!), ada yang berkarir seperti biasa sebagai Auror (semacam polisi di dunia sihir lah), ada yang putus sekolah dan buka toko mainan besar (Fred dan George nih!), ada yang jadi ibu rumah tangga biasa (Ginny!), ada yang berkarir jauuuuh ampe lupain bapak-ibunya (Percy Weasley), dan ada juga yang jadi pengusaha. Buka toko sementara istrinya sukses jadi Perdana Menteri! (nah..yang ini Ron). How "real" the family story is. Beragam karakter dan jalan hidup anak-anak dalam sebuah keluarga yang mungkin akan lo temui di banyak keluarga lainnya.

Again, keunikan keluarga ini yang akhirnya membuat lo yang baca buku Harry Potter, nonton filmnya, atau keduanya, cinta setengah mati. Semua yang unik itu sangat menarik. Tapi, di cerita Harry Potter, fungsi Weasley Family jauh dari sekedar mempermanis cerita. Mereka ada justru sebagai latar utama yang membuat alur fiksi Harry Potter terasa lebih hidup dan nyata. Mungkin karena, seperti yang udah gue katakan di atas, Weasley Family itu gambaran realistis dari keluarga biasa, yang karakternya mungkin bisa lo temui di lingkungan terdekat lo juga.

Yang mana karakter keluarga Weasley favorit lo? Gue sih justru si Weasley yang paling biasa: Ronald Weasley (Ron). Haha!

Kamis, 13 Oktober 2016

Perempuan-Perempuan Itu...

Setengah hari di Rabu minggu lalu, gue yang kebetulan mendapat tugas meliput secara online acara klien kantor, berada di luar. Di luar kantor, maksudnya. Kegiatan liput-meliput secara online ini sebenarnya sudah pernah gue lakukan beberapa kali sebelumnya. Jujur, ini adalah salah satu aktivitas paling menyenangkan buat gue karena definisi "bekerja" tiba-tiba menjadi luas dan menyenangkan.


Khusus hari itu, event klien adalah TechFemme. Talkshow tentang dunia teknologi dengan pembicara leaders cewek untuk menginspirasi anak-anak mahasiswa, terutama yang perempuan. Jujur, gue cukup takjub dengan isi talkshow yang menarik dan disampaikan dengan menarik pula.


Beberapa pembicara perempuan memiliki berbagai posisi penting dan terpenting di perusahaan tempat mereka bernaung masing-masing, yang semuanya berhubungan dengan dunia teknologi. Ada yang pemimpin tertingginya (CEO), ada yang setara head division, ada juga yang memang memiliki usaha itu (semacam owner lah). Sebelum menghadiri acara itu, jauh di dalam hati gue, sebenernya gue sadar pasti ada proses di balik setiap perempuan itu (bahkan yang nggak termasuk ke dalam daftar pembicara) sebelum berhasil menduduki posisi penting mereka kini. Tapi, dengan menghadiri acara tersebut secara langsung, gue makin paham bahwa "real things" have been actually happening to each of them. Bahkan ada salah satu diantaranya yang terang-terangan bercerita ia pernah mengalami masa-masa down (kalau nggak boleh dibilang buruk sih yah) yang begitu dalam. Parahnya, nggak cuma sekali tapi berkali-kali. You know what, cycle of downs ini jelas-jelas ngingetin pada diri gue sendiri yang "batu". Kenapa? Karena kuat dan keras, pernah mengalami berkali-kali masa tidak menyenangkan dalam hidup, masa-masa yang tidak moving sama sekali, masa yang menyeret psikis seseorang untuk terserap lebih dalam ke lubang kemunduran seandainya disikapi dengan lemah juga. Tapi, seperti juga salah satu pembicara yang terang-terangan "curcol" pernah mengalami PHK dan sejenisnya, gue milih untuk terus nyari semua sisi positif di tengah hal-hal negatif yang terjadi. Seriously, cerita mereka sangat menginspirasi.


Sayangnya, karena gue datang ke acara tersebut dengan tujuan live report alias meliput event tersebut secara langsung melalui social media, banyak momen penting ketika pesan-pesan penting terlontar dari mulut mereka, terlewat begitu saja. Gue sih sering menangkap isi pesan mereka, tapi karena fokus gue terbagi-bagi jadi golden lines mereka itu cuma masuk ke short term memory gw. Yang baru juga beberapa menit terus ilang dari "kepala".


Seandainya gue bisa menikmati event itu dengan benar-benar menyimak setiap isinya, pasti inspirasi yang coba dibagi oleh masing-masing pembicara akan jauh lebih gue resapi. Seandainya.


Ada beberapa pesan penting yang masih gue ingat meski justru gue sedikit lupa siapa yang mengeluarkan kalimat-kalimat itu.


1. We're all gonna die. Find yourself to know what makes you comfortable, what you really want. Just relax and enjoy.

2. Setiap orang punya jalan karirnya masing-masing. Kamu nggak bisa ngikutin persis jalan sukses seseorang kalo kamu ingin sesukses dia.

3. Jangan anggap perempuan yang melakukan hal hebat dan menduduki posisi hebat itu hal yang luar biasa karena hal itu wajar-wajar saja. (Maksudnya..perempuan itu emang dari sononya udah hebat. Gausah lebay mandang perempuan yg jagonya minta ampun-Red)

4. If you think you know what real life is, you don't. (Yg ini diucapin seorang leader muda Gojek yg imut tapi pinteeer banget. Dia ngomong ke para dede mahasiswa yang nonton)

5. Setiap beberapa bulan sekali saya memikirkan ulang, adakah yang nggak seimbang dari hidup saya, entah saya kurang menghabiskan waktu di kehidupan pribadi atau sebaliknya. (Kata seorang petinggi sebuah perusahaan teknologi raksasa yang ternyata seorang single parent)

Very pretty, huh? Ketika orang berhasil ngatasin berbagai guncangan hidupnya, bangkit, miracle happens. Meski kata "bangkit" itu sebenernya ya gak segampang itu juga. Hanya yang "batu" yang bisa bangkit.


Karena guncangan itu pasti ada, dan menjadi hancur itu hanya pilihan, bukan kepastian.


What do you think?