Sabtu, 04 Februari 2012

yang dipertuang agung: sultan!


Sekitar setengah tahun lalu, teman-teman sebangsa saya (sewaktu saya masih di peternakan mengajar tercinta) sering membicarakan ulah seorang anak balita yang nakalnya luar biasa. parahnya, makhluk kecil itu bukan pertama kalinya bikin masalah. sudah beberapa guru menyerah. dan, kalau tidak pun, si guru yang mengajar anak-salah-didik itu bakal bete dan stres luar biasa setelah mengajar dia.

Ingat kesulitan mengajar anak balita jadi tiba-tiba ingat seorang bocah lainnya. Ia berumur 5-6tahunan yang bikin saya stres di kelas, sekitar 8-9 bulan lalu (lama yaaa). gimana bisa saya lupa. Selain karena ke"ajaib"an anak ini, dia juga punya nama yang unik. Entah karena ibunya berharap suatu saat anaknya kelak bisa jadi pemimpin, atau sekedar memberikan nama seingatnya saja, tapi faktor namalah yg membuat saya agak susah melupakan anak ini.

Namanya Sultan. Dia anak kecil bertubuh gempal yang sering heboh dengan bawaannya (yang seringkali bukan buku, tapi makanan). Padahal yang dia bawa di otaknya setelah "belajar" di kelas cuma nol. Bukannya saya jahat, tapi memang dia datang ke peternakan ajar-mengajar Pak Burhan dan komunitas jerapahnya tanpa kemampuan bahasa inggris sama sekali. Keinginan datang ke tempat belajar pun adalah hasil "paksa"an ibunya. Lucunya, bocah itu sangat pede. dia bicara dengan lantang, tanya ini-itu, dan cengengesan nggak jelas dengan bahasa indonesia.

Saya ingat hari pertama dia masuk kelas balita saya. Dia cengengesan dan langsung duduk. Sumpah deh, berkomunikasi dengan dia bikin saya ingat adegan tarzan ngomong dengan sahabat-sahabat hutannya. bedanya, tarzan udah paham situasi hutan dan jenis-jenis temannya, saya nggak. saya masih "meraba-raba" tipe murid seperti apa bocah kecil itu. Kira-kira, beginilah kejadiannya:

Bu Kancil: Hi...! What's your name??

Sultan: *cengengesan* nanananem?? hahaha! *dia malah ngulang kalimat Bu Kancil! pake ketawa pula!*

Alarm Bu Kancil langsung berbunyi. Alarm pertanda baru nemu murid jenis luar biasa.

Bu Kancil: *mencoba sekali lagi* What's yoooourr nameee? *sampe di sini masih sabar loooh*

Sultan: nananananem?? HAHAHA *ketawanya makin gede*

Sultan dan bocah2lain di kelas: AHAHAHAHAA!

Bu Kancil akhirnya sadar. Pertama, dia mulai tampak bodoh di depan murid-murid 6 tahunannya. Kedua, dalam pikirannya, 'nih semut gak ngerti bahasa jerapah sama sekali'. Bu Kancil lalu minta salah satu semut di kelas untuk nanyain nama semut baru itu. Apa boleh buat. Bu Kancil cuma boleh ngomong bahasa jerapah di kelas. Bukan bahasa orang utan.
Walhasil, Bu Kancil minta muridnya untuk nanya ke si Sultan. Dasar bocah polos, dia malah bilang namanya "Ale". Bu Kancil jadi terus-terusan manggil dia dengan panggilan "Ale" selama pelajaran itu.

Pas waktunya listening, Bu Kancil seperti biasa memutar cd, nulis halaman buku yang dibuka, dan sebagainya. Secara Sultan gak ngerti apa-apa, dia bengong doang liatin Bu Kancil mondar-mandir. Alarm Bu Kancil bunyi lagi. Kali ini pertanda "sesuatu yang nggak beres mulai terjadi".

Bu Kancil:  Ale..., it's time to write. *nunjuk ke white board*. write the alphabet on the white board

Sultan: HAAAH?

Bu Kancil: you write the alphabet *nunjuk-nunjuk white board lagi* on a piece of paper *nunjuk kertas di mejanya*

Sultan: HAAH? APA SIIH?

Tululit Tululit! Alarm Bu kancil bunyi kenceng banget. Saking kencengnya sampe mau meledak. Sepertinya udah saatnya pake bahasa Tarzan beneran. Bu Kancil sendiri nggak bisa mendefinisi apa itu bahasa Tarzan. Tapi yang perlu dilakukan tiap ketemu murid ajaib adalah berkomunikasi dengan bahasa Jerapah dicampur bahasa tubuh dan dilengkapi mimik wajah yang sesuai. Maka hasilnya adalah...

Bu Kancil: You wrrriiite in heeere *gerak-gerakin tangan di atas kertas*, write thiiiiiis *nunjuk-nunjuk white board dengan sebuah huruf yang tertulis di sana*

Sultan: OOOH TULIIIIS

Doenggg! Akhirnya...

Kelas pun berjalan dengan biasa (nggak sih, aneh sebenernya. gara-gara makhluk kecil itu) sampai saatnya pulang...

Bu Kancil: put your books in your bag.. put your books in your bag! *nyanyian wajib Bu Kancil sebelum kelas berakhir*
Semua siap, ngantre di depan pintu, dan high five dengan Bu Kancil.

Eh, tinggal satu lagi anak yang masih bengong di bangku ngeliatin temen-temennya pergi. SULTAN!

maka Bu Kancil lagi-lagi menghampiri Sultan dengan penuh kesabaran (eit, ini mah jelas bo'ong)

Bu Kancil: Ale, it's time to go hooome

Sultan: HAAH?

Bu Kancil: *nunjuk-nunjuk pintu* your friends are going home. it's time tooo gooo hooome.

Sultan tetep bengong dan duduk manis dengan selembar kertas dan pensil yang masih dia genggam.

Bu Kancil nyerah. Bahasa Jerapah bener-bener gagal dipraktekkin ke bocah ini. Maka yang kemudian Bu Kancil lakukan adalah tarik nafas dalem-dalem dan...

Bu Kancil: Pulang. *dengan nada datar*

Sultan: oh puulaaang.

Dan bocah gembil ini langsung menghampiri pintu, melupakan selembar kertas dan pensilnya. Aduuuuh! masi belom selesai penderitaan ini rupanyaaah, pikir Bu Kancil. dengan inisiatif sendiri, Bu Kancil mengambilkan semua yang masih tertinggal milik Ale, alias Sultan, alias bocah tarzan itu. Akhirnya dia pun keluar kelas dengan selamat.

Bu Kancil: *ngacak-ngacak rambut,, ketawa-ketawa sendiri, dan pingsan*

-tamat-