Minggu, 30 Januari 2011

mbak, saya mau beli pasir buat muka mbak!

pasir? kenapa harus pasir? karena banyak benda di sekitar kita yang bentuknya mirip pasir, tapi jelas bukan pasir! jadi kenapa harus bingung kalau ketemu kata yang ada pasirnya??


sore ini saya pergi berbelanja dengan mama. namanya juga perempuan, selalu tertarik dengan segala sesuatu yang ada tulisan "sale", "diskon", "gratis", dan sejenisnya. tulisan seperti itu juga saya temui di supermarket ini (ya kalo ini beneran bisa dibilang "super" ya.). tulisan itu menyebutkan, membeli produk tertentu sejumlah tertentu akan mendapatkan gula pasir 1 kg. hm.. lumayan juga ya. gula pasir 1 kilo udah nggak dapet 10ribuan lagi harganya.


karena kebetulan saya juga mau beli produk itu, saya genapin aja jumlahnya sampai dengan nominal minimum agar bisa mendapatkan pasir, eh, gula pasir. sampai di kasir, saya udah punya perasaan gak enak. pertama, dari empat kasir, yang dibuka cuma dua. jadi yang ngantri ya banyak. kedua, saya lihat si mbak2 kasirnya bertampang gak ramah. u know, sering kita keburu menilai orang dari tampangnya. tapi beneran deh. buat yang 1 ini, perasaan saya kuat sekali kalau mbak kasir itu orang yang menyebalkan.


bener aja. waktu giliran belanjaan saya dihitung, saya mengkonfirmasi pasir, eh, gula pasir gratisan itu. begini kira-kira reka kejadiannya (jiaaaah!)


buKancil: mbak, kalau beli blah blah blah dapet gula pasir 1 kg kan?
mbakjutekjeleksokcantik: hah? apa?
buKancil: bleh bleh bleh (gak perlu diulang dong, wong sama aja kok kalimatnya)
mbakjutekjeleksokcantik: pasir? apa sih?
buKancil: gula pasir
mbakjutekjeleksokcantik: oh, nggak tau. bayar dulu nih *sambil nunjuk angka dalam layar di mesin kasir*


anjrit. saya diperlakukan mirip pengutil yang ketauan ngutil tapi mangkir trus gamau bayar, yang dalam bayangan saya seperti ini


pengutil: mbak, beneran deh saya tuh nggak mengutil, cuma mengecil
mbak kutil: hah? hapah?
pengutil: saya mengecil. bukan mengutil. liat aja rak obat kutil, nggak ada yang ilang kan?
mbak kutil: kutil? emang saya punya kutil kok. semua juga tau, nggak usah dibahas. mending kamu bayar barang curian kamu. bayaaaaaar!


kalimat terakhir dari si mbak prikitil kutil itu adalah dia gak tau menau hal begituan. itu bukan bagian dari supermarket (baca: Ramayana), dan tanya aja langsung ke spg produknya. itupun dia ucapkan setelah seorang temennya bilang kalo ada promosi pasir2an, eh gula pasir di konter blah blah.


hedeeew, emosi lah saya. tapi gapapa lah. saya tetap berjalan dengan sabar menuju konter produk yang dituju, berharap mbak kutil itu jujur dengan kata "spg"nya, karena seingat saya nggak ada satupun spg produk tertentu. yang ada hanya spg umum untuk superkampret, eh, supermarket itu.


meski dengan hati dongkol, saya bisa juga menemui spg supermarket yang jauh lebih ramah dan bertanggungjawab daripada si mbak kutil, dan mendapatkan pasir2an, eh, gula pasir yang saya butuhkan.


terus kenapa saya masih mengomel?
karena saya sudah lama sekali merasa tak nyaman dengan supermarket itu. kehadiran saya di sana sore ini juga karena terpaksa. ngikutin mau mama.


ada hal2 vital yang sangat salah dengan tempat belanja itu


1. spg atau spb-nya tidak menarik dan tidak profesional.
jarang saya temui spg atau spb-nya menarik secara fisik. jangankan menarik. berusaha terlihat menarik pun nggak. ada yang dandan seadanya lah, rambut dan bajunya kurang rapi lah, judes lah, dll. saya bicara soal fisik dan penampilan karena mereka representasi perusahaan secara langsung. kalau mereka saja nggak berusaha terlihat menarik, bisa ditebak bagaimana pimpinannya, atau bagaimana manajemennya kurang serius melayani pelanggan dengan baik.
tidak profesional karena mereka sering kelihatan nggak punya waktu lain untuk mengurusi masalah mereka masing-masing kecuali saat bekerja. curhat itu asik. tapi mereka nggak dibayar untuk curhat dan tidak mempedulikan pelanggan, kan?


2. produk pasar, harga mall
pernah belanja di pasar? well, jangan kaget dengan harganya karena ada harga, ya ada juga kualitas. harga setengah dari mall, daya tahannya pun cuma setengah.
itu biasa.
tapi produk-produk di tempat belanja ini sungguh-sungguh kualitas pasar. kenapa saya bisa sesotoy ini? ups. coba saja sentuh pakaian yang mereka jual. tidak berbeda dengan yang dijual di pasar, bahkan emperannya pasar. harganya? wow. sangat normal. senormal sebuah department store menjual barang berkualitas.jadi, hukum "ada uang ada barang" nggak berlaku di tempat ini. "uang" sih ada. "barang"nya? well, silakan coba sendiri.


3. tidak mengikuti perkembangan zaman.
ini sudah 2011. supermarket, bahkan supernya supermarket (apa ya namanya? hypermarket?) sudah menjamur di mana-mana. dengan tempat yang lebih luas, penataan produk yang lebih teratur, terorganisir, dan selalu rapi, ditambah tempat yang selalu bersih dan spg/spb yang selalu bisa ramah.
bukannya berkaca dari kemajuan pusat perbelanjaan, tempat belanja ini tetap saja mempertahankan kekunoannya. tempat kecil, kurang teratur, fasilitas timbangan buah/sayur yang seadanya, kasir yang menyedihkan, dll.


hng.. saya yang tadinya ingin mendamprat kasir itu jadi memaklumi. karyawan yang baik, selain karena bawaan pribadi masing2, pasti buah dari didikan dan training yang baik, ditambah gaji yang memadai, meski tidak bisa dibilang selalu mencukupi. nah, kalau kasirnya saja semenyebalkan itu, saya bisa bayangkan bagaimana sebenarnya ia diperlakukan perusahaannya. gajinya kecil dan tidak mencukupi kebutuhannya. apa dia lantas punya pilihan? tidak. dia cuma lulusan sekolah menengah yang butuh pekerjaan dan si perusahaan sangat butuh orang seperti dia untuk dibayar rendah.


dunia kejam, bukan??

2 komentar:

Anonim mengatakan...

bwahahahahhaha
best part *dialog dengan mbak kutil*
pengutil itu bukannya mbak2 yg job desc nya ngorekin kutil ya??

Bu Mecil mengatakan...

dudul.pengutil tuh yang kerjaannya ngikutin orang, Yo. (*&^%??)